
Pulau Bangka tidak hanya dikenal dengan keindahan pantainya dan kuliner khasnya, tetapi juga menyimpan warisan bersejarah yang sangat penting bagi Nusantara. Salah satu buktinya adalah Situs Kota Kapur Sriwijaya, yang berada di Desa Kota Kapur, Kecamatan Mendo Barat, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Kota Kapur menjadi saksi bisu kejayaan Kerajaan Sriwijaya di abad ke-7. Di desa inilah ditemukan prasasti bersejarah serta jejak candi kuno yang hingga kini masih menyimpan misteri.
Perjalanan kami dimulai dari Masjid Besar Al-Istiqomah, Mendo Barat. Bersama tim dari Sungailiat dan Pangkalpinang, kami menempuh sekitar 45 menit perjalanan menuju Desa Kota Kapur.

Setibanya di sana, kami langsung disambut oleh Bang Ali Akbar, seorang penggiat sejarah sekaligus pelestari situs Kota Kapur. Dari rumah beliau, perjalanan sejarah kami dimulai.
Salah satu peninggalan penting di Situs Kota Kapur adalah tiga lokasi penemuan candi. Candi tersebut sempat digali oleh para arkeolog, namun kemudian ditutup kembali dengan berbagai alasan, seperti faktor keamanan dan kondisi tanah.
Keputusan ini membuat banyak orang penasaran. Apa sebenarnya yang terkubur di balik tanah itu? Apakah candi Kota Kapur menyimpan kisah besar dari masa lalu? Pertanyaan ini masih menjadi misteri hingga sekarang.

Selain candi, temuan lain yang tak kalah penting adalah Prasasti Kota Kapur. Lokasinya berada di area TPU (Tempat Pemakaman Umum).
Prasasti ini berisi teks dalam bahasa Melayu Kuno yang menyampaikan kutukan keras bagi siapa saja yang berbuat jahat atau tidak setia kepada Sriwijaya. Selain itu, prasasti juga mencatat ekspedisi militer Sriwijaya untuk menaklukkan wilayah yang belum tunduk, terutama “Bhumi Jawa” yang diyakini merujuk pada Kerajaan Tarumanagara.
Temuan ini membuktikan bahwa Situs Kota Kapur Sriwijaya adalah salah satu bukti nyata tentang kekuatan kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara pada masanya.

Tidak hanya sejarah, Desa Kota Kapur juga memiliki ikon wisata modern berupa Jembatan Gantung Barakah. Jembatan ini menghubungkan Desa Kota Kapur dengan Desa Labuh Air Pandan.
Selain berfungsi sebagai penghubung antar desa, jembatan ini kini menjadi daya tarik wisatawan. Dari atas jembatan, pengunjung dapat menikmati pemandangan alam hijau yang menenangkan dan aliran Sungai Mendo.
Selain situs sejarah, Kota Kapur juga memiliki potensi ekonomi kreatif. Salah satunya adalah kerajinan lidi nipah yang dikelola oleh pelaku UMKM setempat. Meski saat kunjungan kami pengrajinnya sedang tidak berada di rumah, kami sempat melihat mesin dan bahan baku lidi nipah yang nantinya diolah menjadi produk bernilai ekonomis.

Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Kota Kapur tidak hanya melestarikan sejarah, tetapi juga mengembangkan potensi lokal untuk kesejahteraan warganya.
Perjalanan ke Desa Kota Kapur bukan sekadar wisata biasa, melainkan menyusuri jejak sejarah peradaban besar Sriwijaya. Dari candi yang masih misterius karena terkubur kembali, hingga prasasti yang berisi kutukan dan catatan ekspedisi militer, semuanya memberi gambaran betapa pentingnya Kota Kapur dalam sejarah Nusantara.
Di sisi lain, suasana desa yang tenang, jembatan gantung Barakah yang ikonik, serta geliat UMKM lidi nipah menunjukkan bahwa Kota Kapur adalah desa yang hidup memadukan warisan sejarah dengan denyut kehidupan modern warganya.
Kota Kapur bukan hanya milik masyarakat Bangka, tapi juga milik Indonesia, bahkan dunia, sebagai bagian dari warisan sejarah yang patut dijaga.
Komentar
Posting Komentar